Pendahuluan
A. Latar belakang
Dengan perkembangan
zaman di dunia pendidikan yang terus berubah
dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir
yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan
pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut
pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori
pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan
yang sesungguhnya.Tujuan pendidikan
adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki
pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih
baik dalam segala aspek kehidupan.Pendidikan bisa saja berawal
dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan
musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar
bayi mereka sebelum kelahiran.
Selama
periode orde baru, industri dan pertanian merupakan dua sektor prioritas. Untuk
mendukung pembangunan pertanian, pemerintah melakukan modernisasi atau
intensifikasi yang dikenal dengan sebutan “Revolusi Hijau”. Mata Pencaharian
penduduk Indonesia sebagian besar masih di dalam sektor pertanian (agraris),
penduduk yang tinggal di daerah pedesaan biasanya dengan mata pencaharian pertanian,
perikanan, perternakan, dll. Sumber daya alam, sumber daya manusia, seni
tradisional dan budaya yang beraneka ragam membuat Indonesia memiliki banyak
mata pencaharian. Selain hal tersebut, letak geografis juga menjadi salah satu
faktor banyaknya mata pencaharian di Indonesia.
Keberhasilan
pembangunan di sektor pertanian di suatu negara harus tercerminkan oleh negara
tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Di
Indonesia, ketahanan pangan merupakan salah satu topik yang sangat penting,
bukan saja dilihat dari nilai – nilai ekonomi dan sosial, tetapi masalah ini
mengandung konsekuensi politik yang sangat besar. Faktor – faktor penentu
ketahanan pangan di Indonesia antara lain ketersediaan dan kualitas lahan,
infrastuktur khususnya irigasi, teknologi, kualitas buruh tani dan petani,
energi terutama listrik dan bahan bakar minyak, permodalan dan cuaca.
Namun
ada beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam sektor pertanian yaitu komoditi
yang dihasilkan dari sektor ini relatif tidak memiliki nilai tambah yang
tinggi, sehingga tidak dapat bersaing dengan-dengan komoditi yang dihasilkan
sektor lain ( industri misalnya ), sehingga sebagian masyarakat Indonesia yang
memang bermata pencaharian di sektor pertanian (desa) semakin tertinggal dari
rekannya yang bekerja dan memiliki akses di sektor industri ( kota ). Jika ini
tidak segera ditindak lanjuti, maka akan menjadi benarlah teori ketergantungan,
bahwa spread effect ( kekuatan menyebar ) akan selalu lebih kecil dari
back-wash effect ( mengalirnya sumber daya dari daerah miskin ke daerah kaya ).
Untuk mengatasi masalah ini, ada beberpa langkah yang dapat kita lakukan diantaranya:
Untuk mengatasi masalah ini, ada beberpa langkah yang dapat kita lakukan diantaranya:
1. Memperbaiki kehidupan penduduk/petani dengan
pola pembinaan dan pembangunan sarana dan prasaranya bidang pertanian.
2. Meningkatkan nilai tambah komoditi pertanian,
jika dimungkinkan tidak hanya untuk pasar lokal saja tetapi juga merambah ke
pasar Internasional.
3. Mencoba mengembangkan kegiatan agribisnis.
4. Menunjang kegiatan transmigrasi.
Berdasarkan
latar belakang di atas, peneliti memilih judul “Pengaruh Tingkat Pendidikan
Terhadap Kualitas Pekerjaan di RW 02 Kelurahan
Cangkiran Kecamatan Mijen Kota Semarang”.
B. Perumusan masalah
·
Bagaimanakah
pengaruh tingkat pendidikan dengan kualitas pekerjaan masyarakat di RW 02 Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Kota Semarang.
C. Tujuan penelitian
·
Mengetahui
pengaruh pendidikan terhadap kualitas pekerjaan masyarakat di RW 02
Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Kota
Semarang.
D. Manfaat penelitian
·
Manfaat
praktis
Diharapkan penelitian ini berguna sebagai
bahan koreksi tentang berbagai realita tentang kualitas pendidikan dan
pekerjaan di RW 02
Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Kota
Semarang.
·
Manfaat
teoritis
Diharapkan
penelitian ini dapat menambah pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan dan
pekerjaan yang ada di masyarakat. Kemudian dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk penelitian selanjutnya.
E. Metode
Dalam
penelitian ini, peneliti memperoleh data dengan menggunakan metode :
a) Observasi
Adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak dalam objek
penelitian. (Astuti,
Eri Dwi. 2013)
Dalam
hal ini peneliti mengamati berbagai macam pekerjaan masyarakat di RW 02 Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Kota Semarang.
b) Angket
Adalah suatu teknik pengumpulan data dimana
peneliti tidak langsung turun ke lapangan (tidak langsung bertanya pada
responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut angket, yang
berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. (Astuti, Eri Dwi. 2013)
Dalam hal ini peneliti menyebarkan enampuluh lembar
angket kepada enampuluh responden di RW 02 Kelurahan
Cangkiran Kecamatan Mijen Kota Semarang.
c) Wawancara,
Adalah cara mengumpulkan
data dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan kepada subyek yang
diteliti. (Astuti, Eri
Dwi. 2013)
Dalam penelitian kali ini, peneliti mewawancarai beberapa
warga di RW 02 Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Kota Semarang.
BAB II
Pembahasan
A. Kondisi
lingkungan
Cangkiran
merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Mijen, Kota Semarang. Letaknya yang
strategis menjadi jalur transportasi antara Boja dan Semarang. Banyaknya pabrik
serta adanya terminal membuat Cangkiran memiliki potensi untuk berkembang.
Dengan didukung fasilitas pendidikan yang relatif dekat dengan
masyarakat membuat semangat belajar anak-anak cukup tinggi. Hal itu merupakan
suatu yang baik mengingat pendidikan adalah hal yang penting bagi suatu negara.
B. Kondisi
masyarakat
Kondisi Rw 02 Kel. Cangkiran yang
dekat dengan terminal sebelumnya terkesan kasar. Namun setelah peneliti mencoba
untuk turun ke lapangan, ternyata warga disana ramah kepada tamu. Setelah kami
mencoba bertanya pada beberapa warga, kebiasaan masyarakat di kelurahan
tersebut tidak berbada jau dengan lainya. Umumnya anak-anak mereka pergi
kesekolah, ayah mereka bekerja mencari nafkah dan ibu mereka menjadi ibu rumah
tangga, namun tak sedikit pula yang memilih bekerja.
Namun mungkin karena kecilnya
kesadaran pendidikan pada waktu lampau, tidak sedikit pengangguran atau pekerja
serabutan. Umumnya lulusan SD atau warga yang putus sekolah yang tidak memiliki
pekerjaan. Tapi ada juga lulusan perguruan tinggi yang hanya menganggur di
rumah. Hal itu sangat mengejutkan karena umumnya masyarakat pasti mengira bahwa
seorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan mendapat kualitas
pekerjaan yang baik.
C.
Pendidikan dan
pekerjaan Masyarakat
Pendidikan merupakan hal yang penting
bagi suatu negara. Sistem pendidikan yang baik akan menghasilkan generasi
penerus yang baik pula. Di daerah yang kami teliti tingkat pendidikan mereka
bervariasi dan kualitas pekerjaan merekapun cukup baik. Hal tersebut akan
peneliti jelaskan pada pembahasan berikut :
a. Lulusan
SD/sederajat
Berdasarkan
angket yang kami bagikan dan 10 responden mengisi bahwa mereka lulusan SD. Pada
umumnya pekerjaan mereka adalah petani. Selain itu ada yang menjadi buruh,
itupun hanya satu orang dan sisanya ibu rumah tangga atau pengangguran.
Namun salah satu dari mereka yang ber
matapencaharian sebagai petani bisa dibilang sukses. Dengan lahan sawah yang
cukup luas beliau mampu menghidupi keluarganya dan sebentar lagi berencana
untuk naik haji. Beliau mengatakn bahwa seorang yang ingin sukses harus
senantiasa berusaha dan diiringi doa.
b. Lulusan
SMP/sederajat
22
responden mengisi angket dengan lulusan SMP/sederajat. Dengan bermodalkan
ijazah SMP mungkin tidak cukup untuk mencari pekejaan yang layak. Terbukti
bahwa dari 17 responden kebanyakan dari mereka hanya menjadi ibu rumah atau
hanya sebagai pekerja serabutan. Selain itu juga ada pedagang, buruh dan wira
swasta.
c. Lulusan
SMA/sederajat
Dari 20
responden yang mengisi bahwa mereka lulusan SMA, umumnya mereka bekerja sebagai
buruh atau wiraswasta dan sisanya ibu rumah tangga. Umumnya mereka yang
memiliki ijazah SMA sudah mampu untuk mendapatkan pekerjaan meskipun
kualitasnya belum bisa dibilang mapan.
d. Perguruan tinggi
Delapan
orang responden yang merupakan lulusan peguruan tinggi umumnya bekerja sebagai
pegawai negeri. misal, guru, TNI, Polosi. Selain itu juga ada yang masih
meneruskan untuk pendidikan yang lebih tinggi. Namun ada seorang yang memiliki
gelar sarjana hukum hanya menganggur di rumah.
Berdasarkan
uraian diatas pekerjaan masyarakat di daerah tersebut sudah cukup baik dan
relatif sama dengan pandangan umum. Namun ada beberapa hal yang mengejutkan.
Contohnya lulusan SD yang sukses menjadi seorang petani. Dengan lahan sawah
yang cukup luas beliau mampu menghidupi keluarganya dan sebentar lagi berencana
untuk naik haji. Beliau mengatakn bahwa seorang yang ingin sukses harus
senantiasa berusaha dan diiringi doa.
Selain
itu salah satu warga yang memiliki usaha pabrik kayu. Beliau hanya lulusan SMA.
Namun dengan keuletan yang ia miliki mampu untuk membuat dan membawa usahanya
bersaing dengan pabrik lain.
Ada
satu hal yang paling mengejutkan bagi peneliti, yaitu seorang sarjana hukum
yang hanya menjadi pengangguran. Seharusnya dengan gelar yang ia miliki, beliau
mampu untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ia mengatakan dulu pernah membuka
toko, namun itu tidak berlangsung lama dan akhirnya tutup.
Data
diatas menunjukan bahwa pendidikan memang suatu komponen yang sangat penting
bagi kehidupan kemajuan suatu negara. Namun keahlian dan semangat hidup juga
merupakan hal yang tak boleh diabaikan. Kecerdasan untuk memanfaatkan
kesempatan serta memanfaatkan pendidikan dengan baik akan membantu untuk terjun
ke masyarakat. Ketidak mampuan seseorang dalam memanfaatkan tingkat pendidikan
yang sudah dicapainya juga menjadi salah satu faktor seseorang menjadi
pengangguran. Meskipun seorang sarjana namun dengan keahlian dan semangat yang
rendah, hal itu tak akan berarti apa-apa di masyarakat.
BAB III
Penutup
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data diatas,
peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan memang hal yang penting bagi kelanjutan
suatu bangsa. Kualitas generasi penerus akan menentukan masa depan negara.
Namun pendidikan yang tidak di manfaatkan dengan baik hanya akan menjadi
sia-sia. Kemampuan untuk bersosialosi dan pengambilan kesempatan untuk bekerja
juga tak kalah guna mendapat pekerjaan yang berkualitas.
B. Saran
Seharusnya masyarakat juga
mempertimbangkan keahlian serta kesempatan mereka untuk memperoleh pekerjaan.
Bukan hanya mengutamakan pendidikan tinggi
namun melupakan kemampuan bekerja.
Daftar Pustaka
Astuti, Eri Dwi. 2013. Buku
Pendamping Sosiologi Untuk SMA/MA kelas 10. Solo : CV. HaKa MJ
http://id.shvoong.com/how-to/writing/208057-contoh-contohpenulisan-manfaat-penelitian/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar