Kamis, 11 Agustus 2016

Biografi Edith Lousia Cavell, Tokoh Keperawatan

http://www.belgiumtheplaceto.be/thefirstandthelast/upload/images/edith%20cavell.jpg
sumber : http://www.belgiumtheplaceto.be




Edith Lousia Cavell adalah salah satu tokoh keperawatan yang terkenal di dunia. Edith Lousia Cavell lahir di Swardeston, Norfolk, Inggris, 4 Desember 1865. Ketertarikan Edith pada dunia keperawatan berawal saat ayahnya sakit selama satu tahun, dan Edith lah yang merawatnya. Edith memulai karir nya sebagai perawat pada usia 20 tahun. Edith Lousia Cavell Edith Lousia Cavell pernah menggoreskan kisah heroiknya yang berlatar belakang Perang Dunia I. Dari situlah nama Edith Lousia Cavell dikenal di dunia internasional.
Perjalanan Edith sebagai perawa di mulai saat dia masuk ke sekolah keperawatan di London Hospital Nurses’ Training School. Edith pun lulus dengen nilai baik dan memuaskan. Kemudian dia mulai bekerja di St.Pancras Infirmary sebagai supervisor malam. Setelah tiga tahun bekerja, kemudian dia pindah menjadi assisten ibu asrama di Shoreditch Infirmary.
Pendidikan Edith Lousia Cavell berlanjut ke Brussel, Belgia. Seorang dokter bedah dari Belgia, Antonie Depage, mendirikan sebuah sekolah keperawatan. Pendirian sekolah ini terinspirasi oleh salah satu tokoh keperawatan modern yaitu Florence Nightingale. Sekolah perawat ini diberi nama Berkendael Medical Institute. Untuk melancarkan rencana pendirian sekolah keperawatan ini, dokter Antonie Depage mulai mencari lulusanperawat asal Inggris. Kemudian Edith di rekomendasikan oleh salah satu anak keluarga Francois. Kemudian Edith diterima dan mulai bekerja pada 1 Oktober 1907. Berkat sifat Edith yang baik, disiplin, dan penyayang dalam merawat pasien, dokter Depage pun mengangkat Edith untuk menjadi direktur pertama di sekolah keperawatan tersebut.
Cerita heroiknya dimulai saat Perang Dunia I pecah pada Agustus 1914. Saat itu Edith sedang berlibur bersama keluarganya di Norwich, Inggris. Edith yang meendengar berita ini pun langsung berkeinginan untuk kembali ke Brussel, Belgia. Dia sadar bahwa rumah sakit nya akan menjadi pusat palang merah.  Sebenarnya saat itu ibunya melarangnya untuk pergi, tapi ternyata panggulan hati Edith lebih kuat. Saat kembali ke Belgia, Edith langsung mendapatkan tugas yang cukup berat untuk menangani korban perang. Korban perang yang pertama kali dia rawat adalah tentara sekutu yang berasal dari Inggris yaitu Letkol Dudley Boger dan Sersan Mayor Frank Meachin. Dia juga merawat tentara sekutu lain yang berasal dari Belgia dan Perancis yang lolos dari pendudukan tentara Jerman.
Seiring berjalanya waktu, korban perang mulai bertambah banyak dan tugas Edith pun menjadi lebih berat. Bahkan dia sempat merawat puluhan korban sekaligus dan melindungi para perawat muda dari tentara Jerman. 20 Agustus 1914, Jerman berhasil menduduki Brussel. Kemudian Jerman memasukan sekolah keperawatan yang di pimpin Edith dalam daftar badan kesehatan bentukan Jerman. Dengan demikian, Edith juga harus merawat tentara Jerman yang terluka akibat peperangan. Pada saat siang hari dia menjalankan tugasnya ini dengan baik. Tapi saat malam hari, edith juga merawat tentara sekutu dan memberi bantuan untuk meloloskan diri. Hingga 1915 Edith telah berhasil meloloskan skitar 200 tentara sekutu yang berasal dari Inggris, Belgia dan Perancis.
Seiring berjalanya waktu, tentara jerman pun mulai mencurigai perilaku Edith. Sebenarnya salah seorang perawat lainya telah mengingatkan Edith bahwa dia sedang dalam pengawasan. Tapi Edith tetap pada keyakinanya untuk membantu tentara sekutu. Tentara Jerman pun akhirnya beraksi dan akhirnya Edith pun ditangkap pada tanggal 6 Agustus 1915, enam hari sebelumnya salah satu tentara sekutu Philipe Baucq juga sudah ditahan oleh tentara Jerman.
Berita penangkapan ini dengan cepat menyebar dan diketahui pihak sekutu. Inggris, Amerika dan Spanyol sudah membantu meminta kepada pasukan Jerman agar membebaskan Edith, tapi hasilnya nihil. Saat persidangan Edith tidak memberikan pembelaan, dan akhirnya diapun Edith dan Philipe dijatuhi hukuman mati oleh tentara Jerman. Edith dan Philipe akan di eksekusi pada 12 Oktober 1915.
Tepat pukul dua pagi dihari eksekusi, Edith dan Philipe dibawa ke Naional Rifle Range, sebuah tempat di pinggiran Brussel. Disanalah Edith di eksekusi oleh tentara Jerman. Berita ini dengan cepat didengar oleh media Inggris. Media Inggris menyebutkan bahwa Edith Lousia Cavell merupakan seorang pahlawan. Kemudian Edith dikuburkan di St. Gilles, Brussles, Belgia. Edith dianggap sebagai bagian dari pahlawan dan sebagai seorang martir dari Inggris.
Setelah perang selesai, jenazah Edith dibawa kembali ke Inggris dan di kuburkan di Life’s Green, disebelah timur Norwich Katedral. Upacara keagamaan untuk Edith dilakukan di Westminter Abbey. Raja George V juga mengikuti upacara pemakaman Edith. Edith Lousia Cavell telah dianggap sebagai salah satu pahlawan dari Inggris dan sudah mendapatkan hal yang pantas diterima.
Sebelum di eksekusi sebenarnya dia sempat menyampaikan beberapa kalimat kepada seorang pendeta yang menemaninya. Inlah beberapa kutipan yang sempat disampaikan Edith “Patriotisme belumlah cukup, saya harus tidak memiliki kebencian atau kepahitan kepada siapapun”. Kemudian kata-kata ini dituliskan pada patung dirinya di Saint Martin’s Place. Selain itu dia juga sempat menyampaikan “Cintaku melebihi hidupku,seperti aku percaya itu akan selamat dan saya bahagia bisa mati untuk negaraku”. Memang dia adalah seorang patriot yan bisa dijadikan teladan bagi semua orang.
Sumber lain : Wikipedia.org

Tidak ada komentar: